Sejarah Sharm el-Sheikh, Lokasi KTT Gaza yang Pernah Diduduki Israel

banner 468x60
dok. Shutterstock

IDNWATCH – Kota resort mewah di ujung Semenanjung Sinai, Sharm el-Sheikh, sekali lagi menjadi pusat perhatian dunia sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Gaza. Namun, di balik kemegahan hotel-hotel bintang lima dan terumbu karangnya yang memesona, tersimpan sejarah kelam kota ini yang pernah berada di bawah pendudukan militer asing selama bertahun-tahun.

Dari Desa Nelayan Kecil ke Kota Internasional

Awalnya, Sharm el-Sheikh hanyalah sebuah desa nelayan terpencil yang tenang. Nilai strategisnya terletak pada posisinya yang menguasai Selat Tiran, jalur pelayaran vital menuju dan dari pelabuhan Israel di Eilat. Posisi inilah yang kemudian menjadikannya rebutan kekuatan regional dan menuliskan namanya dalam catatan sejarah konflik Timur Tengah.

banner 336x280

Fakta Sejarah: Pernah Diduduki Israel Dua Kali

Berdasarkan catatan sejarah, kota ini tidak luput dari cengkeraman konflik. Israel pernah menduduki Sharm el-Sheikh selama kurang lebih 12 tahun, dari tahun 1956 hingga 1957, dan kemudian kembali mendudukinya setelah meraih kemenangan dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967. “*Setelah Perang Enam Hari 1967, Sharm el-Sheikh diduduki oleh Israel dan mereka membangun pemukiman Ofira di sana,*” jelas seorang analis geopolitik, seperti dikutip Kompas.com, Senin (13/10/2025). Pendudukan baru benar-benar berakhir setelah penandatanganan Perjanjian Perdamaian Mesir-Israel pada tahun 1982, yang mengembalikan kedaulatan seluruh Sinai, termasuk Sharm el-Sheikh, kepada Mesir.

Simbol Perdamaian yang Kini Jadi Tuan Rumah Diplomasi

Pengembalian Sharm el-Sheikh kepada Mesir menjadi simbol penting perdamaian antara Mesir dan Israel. Pemerintah Mesir kemudian berinvestasi besar-besaran untuk mengubahnya menjadi destinasi wisata dunia dan pusat konferensi internasional. Ironisnya, kota yang dahulu menjadi ajang pertikaian senjata, kini justru kerap dipilih sebagai venue untuk perundingan perdamaian, termasuk KTT kali ini yang berusaha mencari solusi untuk mengakhiri konflik di Gaza.

Warisan Sejarah di Balik Kemegahan KTT

Jadi, ketika para pemimpin dunia berkumpul di balik ruang konferensi yang mewah, mereka sebenarnya berdiri di atas tanah yang sarat dengan sejarah pendudukan, peperangan, dan proses perdamaian yang panjang. Latar belakang ini menambahkan lapisan makna yang dalam terhadap upaya-upaya diplomatik yang sedang dijalankan, mengingatkan semua pihak bahwa perdamaian adalah sebuah pencapaian yang mahal dan tidak boleh dipandang remeh.

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *