Suhu Semarang Tembus 36 Celsius, Perantau Ramai-Ramai Cari Kos Ber-AC

banner 468x60
dok. RISKA FARASONALIA/KOMPAS

IDNWATCH – Ibu Kota Jawa Tengah, Semarang, dilanda suhu panas yang terik dan mengganggu kenyamanan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara di kota tersebut telah menyentuh angka 36 derajat Celsius, memicu aksi warga, khususnya para perantau, untuk mencari strategi bertahan hidup dengan berpindah ke kos-kosan ber-AC hingga mencari tempat ‘ngadem’.

Suhu Terik 36 Derajat Celsius Dikabarkan BMKG

Berdasarkan data dari BMKG, seperti dikutip Kompas.com, Selasa (15/10/2025), suhu maksimum di Kota Semarang benar-benar mencapai 36 derajat Celsius. Cuaca panas terik ini dirasakan lebih menyengat akibat tingginya kelembapan udara, yang membuat hawa terasa semakin pengap dan tidak nyaman, terutama bagi mereka yang harus beraktivitas di luar ruangan.

banner 336x280

Gelombang “Migrasi” Perantau ke Kos Ber-AC

Merespons cuaca ekstrem ini, fenomena unik terjadi di kalangan mahasiswa dan pekerja perantau. Banyak dari mereka yang sebelumnya tinggal di kosan tanpa penyejuk udara, kini memilih untuk “migrasi” atau pindah ke kosan yang dilengkapi dengan Air Conditioner (AC). “Banyak yang pindah dari kos non-AC ke kos AC. Alasannya jelas, panasnya sudah tidak tertahankan, susah tidur,” ujar seorang pemilik kos di kawasan Sukun, Semarang.

Ruang Publik Ber-AC Jadi Primadona

Bagi yang tidak mampu atau tidak ingin pindah kos, alternatif lain adalah dengan menjadikan ruang publik ber-AC sebagai “penyelamat”. Pusat perbelanjaan (mall), kafe, dan perpustakaan ber-AC ramai dikunjungi pada siang hari bukan hanya untuk berbelanja atau nongkrong, tetapi terutama untuk sekadar “ngadem” dan menghindari sengatan matahari di tempat tinggal mereka yang panas.

Tanda Perubahan Iklim dan Gaya Hidup Urban

Gelombang panas ini tidak hanya sekadar fenomena cuaca biasa, tetapi juga dilihat sebagai dampak nyata dari perubahan iklim dan efek urban heat island di kota metropolitan seperti Semarang. Respons warga, khususnya kaum perantau, terhadap cuaca ekstrem ini dengan cepat berubah menjadi sebuah tren gaya hidup urban baru, di mana kenyamanan termal menjadi kebutuhan primer yang mempengaruhi pola konsumsi dan tempat tinggal.

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *