
IDNWATCH – Mantan Presiden AS Donald Trump membuat gebrakan kontroversial dengan menawarkan pencabutan sanksi ekonomi terhadap Suriah, asalkan rezim Bashar al-Assad bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel. “Mereka (Suriah) punya pilihan: berdamai dengan Israel dan dapatkan bantuan AS, atau terus menderita di bawah sanksi,” tegas Trump. Proposal ini langsung memantik reaksi beragam dari aktor global, mulai dari dukungan Israel hingga kecaman keras Iran.
Trump ke Suriah: “Ini Kesempatan Terakhir!”
Trump menyodorkan paket tiga poin:
-
Pencabutan 80% sanksi AS terhadap Suriah senilai $6,3 miliar dalam 2 tahun.
-
Bantuan rekonstruksi infrastruktur via lembaga keuangan AS senilai $1,5 miliar.
-
Syarat mutlak: pengakuan resmi Suriah atas kedaulatan Israel dan penghentian dukungan militer ke kelompok anti-Israel di Golan Heights.
“Assad butuh uang untuk membangun negaranya yang hancur. Saya kasih solusi win-win,” tambah Trump, yang disebut-sebut sedang mempersiapkan kandidatur Pilpres AS 2028.
Suriah Beri Sinyal Tertutup: “Bukan Prioritas”
Sumber di Kementerian Luar Negeri Suriah yang enggan disebutkan namanya membocorkan respons awal Damaskus: “Kami tidak akan menukar kedaulatan dengan sanksi. Golan Heights adalah tanah Suriah.” Namun, beberapa pejabat tingkat menengah disebut mulai terbuka pada opsi ini, terutama setelah kunjungan rahasia delegasi Suriah ke Uni Emirat Arab (UEA) pekan lalu – negara Arab pertama yang berdamai dengan Israel lewat Perjanjian Abraham 2020.
Israel Antusias, Iran Marah Besar
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung menyambut positif ide Trump. “Ini langkah berani menuju perdamaian abadi. Suriah bisa menjadi mitra, bukan musuh,” ujarnya dalam konferensi pers di Tel Aviv. Sebaliknya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, mengecam: “Ini skenario kolonial baru AS untuk menguasai Timur Tengah. Suriah tidak akan jatuh dalam perangkap ini.”
PBB: “Jangan Jadikan Sanksi sebagai Senjata Politik”
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan AS dan Suriah agar memprioritaskan kemanusiaan. “12 juta warga Suriah membutuhkan akses obat dan makanan. Sanksi harus dicabut tanpa syarat politik,” tegasnya. Data PBB menunjukkan, 60% penduduk Suriah hidup di bawah garis kemiskinan akibat sanksi dan perang saudara yang berkepanjangan.
Analis: “Trump Mainkan Kartu Suriah untuk Pilpres 2028”
Pengamat Timur Tengah dari Brookings Institution, Bruce Riedel, melihat proposal Trump lebih sebagai strategi pencitraan. “Dia ingin dilihat sebagai juru damai, sekaligus menarik suara Yahudi-Amerika dan evangelis yang pro-Israel,” paparnya. Namun, Riedel meragukan keseriusan Trump karena selama menjabat (2017-2021), AS justru memperketat sanksi ke Suriah.
Masa Depan Proposal: Akankah Assad Tergoda?
Pakar hubungan internasional Suriah, Dr. Samir Aita, menyebut Damaskus mungkin akan “berpura-pura” bernegosiasi untuk mengulur waktu. “Assad masih bergantung pada Rusia dan Iran. Tapi jika tekanan ekonomi terus meningkat, tidak menutup kemungkinan ada dialog tertutup,” ujarnya. Sementara itu, Gedung Putih menyatakan tidak akan mengomentari kebijakan mantan presiden.
















